c
2 min readOct 19, 2021

“… Bumi Pasundan lahir ketika Tuhan sedang tersenyum. kalau kata ku kamu sama seperti Bumi Pasundan, Tuhan juga menciptakan mu ketika Ia sedang tersenyum” — csy

[song] https://open.spotify.com/track/0TIFOLng3gkt75XHm92ZhQ?si=Ka9R7ohUTtK6-rXg7AnnjA&utm_source=copy-link

seungyoun mengendarai vespa birunya dengan wajah berseri, bayangan kencan romantis dengan sejin terus memenuhi kepalanya. sudah lama sekali sejak terakhir kali mereka bertemu. pekerjaan menumpuk serta aturan pemerintah membuat keduanya hanya bisa saling tatap lewat layar kaca. seungyoun rindu genggam tangan mungil sejin, ia rindu dengar celotehan sejin tentang bagaimana pusingnya ia ketika orderan bisnisnya melonjak, ia rindu berkendara menyusuri jalanan asia afrika dengan sejin yang bersandar pada punggungnya.

dari kejauhan seungyoun dapat melihat presensi sejin. senyum indahnya bahkan mampu seungyoun lihat dari kejauhan.

“atas nama sejin?” tanya seungyoun bertingkah layaknya seorang ojek online. ia memberi helmnya pada sejin yang disambut lelaki itu dengan kekehan kecil.

“sesuai aplikasi?” tanya seungyoun lagi.

“iya, mang, sesuai aplikasi. jangan ngebut ya, saya mau lama-lama dijalan” balasnya sambil menaiki jok belakang vespa biru itu.

“laper ga?” tanya seungyoun. ia melirik sejin dari kaca spionnya.

sejin menggeleng, “belum laper, tapi pengen hunting jajanan. sudirman street mau ga?” jawabnya.

seungyoun mengangguk, “oke, sudirman street ya, nanti kalau udah sampai jangan lupa bintang lima nya, tips nya kasih pukis aja gapapa” kata seungyoun; pukis — peluk and kiss.

sejin menepuk punggungnya dan mereka tertawa merasa bodoh dengan lelucon konyol itu.

“yon, lihat deh, hantu nya mirip kamu” kata sejin ketika melewati hantu-hantuan yang ada dipinggiran jalan asia afrika.

“ngaco ah, mirip kamu tau, tapi sejin lebih cakep sih” gombalnya.

obrolan ngalor-ngidul dibawah langit sore menemani perjalanan singkat mereka menuju sudirman street untuk hunting jajanan.

“pidi baiq ngeluarin buku, kamu udah baca?” tanya seungyoun ketika melewati kutipan dan bandung bagiku milik penulis itu.

“belum, mau temenin ke gramed nanti?” tanya sejin.

“mau dong, masa gamau, bisa dapet bintang 1 nanti kalau nolak”

“yon…”

“iyaa iyaa, ga bercanda lagi”

hening beberapa saat sebelum akhirnya seungyoun bersuara kembali.

“sejin..” panggilnya.

“iya?”

seungyoun melirik sejin dari kaca spion, lelaki manis dibelakangnya juga sedang menatapnya, menunggu seungyoun kembali buka suara.

“katanya kang M.A.W Brouwer nih, Bumi Pasundan lahir ketika Tuhan sedang tersenyum. kalau kata ku kamu sama seperti Bumi Pasundan, Tuhan juga menciptakan mu ketika Ia sedang tersenyum” ujar seungyoun.

sejin tak bisa untuk tidak tersipu mendengar hal itu. sejin tidak pernah terbiasa dengan seungyoun si pujangga.

“makasih loh” balas sejin. tidak tau apa lagi yang harus ia ucapkan

sejin bisa lihat seungyoun tersenyum lebar merasa senang karena berhasil buat sejin salah tingkah.

“eum.. mang ojol nya dikasih bintang satu ya, sudirman street nya udah kelewat, tips nya juga ga jadi ya” ucapan sejin barusan buat seungyoun sadar jika mereka telah melewati tujuan mereka.

yah namanya juga orang kasmaran, terlalu asik menikmati waktu bersama hingga lupa sekitaran.

— fin